Pagi ini mentari seakan terbit lebih awal dari biasanya.
Aku pun segera membuka mataku dan langsung
pergi kesumur untuk mengabil air wudhu lalu segera melaksanakan ibadah
shalat subuh. Aku sangat bahagia karena dapat hidup bersama dengan keluarga
yang sangat menyayangiku ,aku mempunyai satu orang adik yang sangat aku
sayangi. Awalnya kami hanya tinggal disebuah kontrakan kecil yang terletak
dipinggiran kota, ayahku hanyalah seorang supir bajaj dan ibuku hanya seorang
ibu rumah tangga. Walaupun ayahku hanyalah seorang supir bajaj tapi hidup kami
sangat bahagia penuh canda dan tawa serta sangat harmonis, keluarga kami sama
sekali tidak kesulitan ekonomi karena ayah selalu menyisihkan sedikit uang yang
didapatnya untuk ditabung dan jika ibu membutuhkan uang bisa memakai sedikit
uang tabungan ayah yang disimpan di sebuah celengan yang berbentuk tabung.
Suatu ketika teman ayahku
mengajak ayah untuk melamar kerja disebuah pabrik tepatnya didaerah Marunda
awalnya ayah menolak tapi ibu meyakinkan ayah kalau sudah seharusnya ayah
beralih pekerjaan. Akhirnya ayah mendapat pekerjaan baru dan mendapat
penghasilan yang Alhamdullilah amat sangat mencukupi kehidupan kami. Sampai
akhirnya kurang lebih ayah telah bekerja selama lima tahun mendapat hasil yaitu
sebuah rumah yang layak untuk ibu, adik, dan aku.
Kami pindah rumah kedaerah
bekasi, dan aku sangat bahagia melihat rumah baruku yang terlihat lebih baik
dari pada rumah kontrakan kami yang dulu.tak beberapa lama kami pindah rumah
tiba-tiba sikap ayahku berubah, yang mulanya ayah rajin beribadah, penyabar,
tak banyak bicara, dan sangat sayang kepada keluarga kini menjadi malas
beibadah, sombong, temprament,dan banyak
bicara. Aku, ibu, dan adikku bingung kenapa sikap ayah berubah 180
derajat?setelah perubahan ayah ibupun juga berubah, Ibuku kini terlilit banyak
hutang pada lintah darat. Aku bingung kenapa keluargaku jadi seperti ini, aku
kesal pada ayah dan ibuku karena sekarang mereka berubah dan tak lagi rukun
seperti dulu. Akhirnya akupun berubah, aku lebih banyak main diluar ketimbang
dirumah, aku sering bolos sekolah, sering banyak konflik dengan guru disekolah
dan itu semua sebab dari kehancuran keluargaku ini.
Aku mulai tak nyaman dengan
kehidupan didalam keluargaku ini, aku mulai menginstropeksi apa yang salah didalam
keluargaku ini yang sekarang? Aku memutuskan untuk menceritakan semua ini
kepada Allah melalui shalat malam. Aku telah mencurahkan isi hatiku pada yang
kuasa, tetapi aku belum mendapatkan jawaban dari-Nya. Aku mulai bingung,
kehilangan arah, terpuruk, dan tertekan dengan semua cobaan ini. Aku kesal tapi
aku tidak bisa mengungkapkan kekesalan ini, aku hanya bisa menangis menangis
dan menangis dalam setiap malam yang aku lalui. Didepan teman-temanku tak
sedikitpun aku tampakan rasa kesal, kesedihan, dan kekecewaanku ini kepada
mereka.
Aku sudah tak sanggup
melihat kedua orang tuaku sselalu bertengkar lagi aku memilih keluar rumah
pergi kesebuah taman dekat rumahku dan aku disanalah air mataku berjatuhan dan
tak terbendung lagi. Disela-sela tangisanku aku berkata “Tuhan apa salah
keluargaku?, apa salahku?, apa salah ayah dan ibuku? Sehingga engkau
menmberikan cobaan yang sangat berat ini pada keluargaku. Tuhan mengapa ini terjadi??? Cobaan ini terlalu berat untuk dilalui
keluarga kami :’( terutama aku. Tuhan aku lelah dengan semua cobaan yang Engkau
berikan pada keluarga kami, jika Engkau mau ambilah nyawaku tapi buatlah
keluargaku bahagia seperti dahulu kala. Jujur aku ikhlas jika itu jalan
satu-satunya yang Engkau mau Tuhan”.