Kamis, 17 Oktober 2013

Tuhan Mengapa ini Terjadi?

             Pagi ini mentari seakan terbit lebih awal dari biasanya. Aku pun segera membuka mataku dan langsung  pergi kesumur untuk mengabil air wudhu lalu segera melaksanakan ibadah shalat subuh. Aku sangat bahagia karena dapat hidup bersama dengan keluarga yang sangat menyayangiku ,aku mempunyai satu orang adik yang sangat aku sayangi. Awalnya kami hanya tinggal disebuah kontrakan kecil yang terletak dipinggiran kota, ayahku hanyalah seorang supir bajaj dan ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Walaupun ayahku hanyalah seorang supir bajaj tapi hidup kami sangat bahagia penuh canda dan tawa serta sangat harmonis, keluarga kami sama sekali tidak kesulitan ekonomi karena ayah selalu menyisihkan sedikit uang yang didapatnya untuk ditabung dan jika ibu membutuhkan uang bisa memakai sedikit uang tabungan ayah yang disimpan di sebuah celengan yang berbentuk tabung.
Suatu ketika teman ayahku mengajak ayah untuk melamar kerja disebuah pabrik tepatnya didaerah Marunda awalnya ayah menolak tapi ibu meyakinkan ayah kalau sudah seharusnya ayah beralih pekerjaan. Akhirnya ayah mendapat pekerjaan baru dan mendapat penghasilan yang Alhamdullilah amat sangat mencukupi kehidupan kami. Sampai akhirnya kurang lebih ayah telah bekerja selama lima tahun mendapat hasil yaitu sebuah rumah yang layak untuk ibu, adik, dan aku.
Kami pindah rumah kedaerah bekasi, dan aku sangat bahagia melihat rumah baruku yang terlihat lebih baik dari pada rumah kontrakan kami yang dulu.tak beberapa lama kami pindah rumah tiba-tiba sikap ayahku berubah, yang mulanya ayah rajin beribadah, penyabar, tak banyak bicara, dan sangat sayang kepada keluarga kini menjadi malas beibadah, sombong, temprament,dan  banyak bicara. Aku, ibu, dan adikku bingung kenapa sikap ayah berubah 180 derajat?setelah perubahan ayah ibupun juga berubah, Ibuku kini terlilit banyak hutang pada lintah darat. Aku bingung kenapa keluargaku jadi seperti ini, aku kesal pada ayah dan ibuku karena sekarang mereka berubah dan tak lagi rukun seperti dulu. Akhirnya akupun berubah, aku lebih banyak main diluar ketimbang dirumah, aku sering bolos sekolah, sering banyak konflik dengan guru disekolah dan itu semua sebab dari kehancuran keluargaku ini.
Aku mulai tak nyaman dengan kehidupan didalam keluargaku ini, aku mulai menginstropeksi apa yang salah didalam keluargaku ini yang sekarang? Aku memutuskan untuk menceritakan semua ini kepada Allah melalui shalat malam. Aku telah mencurahkan isi hatiku pada yang kuasa, tetapi aku belum mendapatkan jawaban dari-Nya. Aku mulai bingung, kehilangan arah, terpuruk, dan tertekan dengan semua cobaan ini. Aku kesal tapi aku tidak bisa mengungkapkan kekesalan ini, aku hanya bisa menangis menangis dan menangis dalam setiap malam yang aku lalui. Didepan teman-temanku tak sedikitpun aku tampakan rasa kesal, kesedihan, dan kekecewaanku ini kepada mereka.
Aku sudah tak sanggup melihat kedua orang tuaku sselalu bertengkar lagi aku memilih keluar rumah pergi kesebuah taman dekat rumahku dan aku disanalah air mataku berjatuhan dan tak terbendung lagi. Disela-sela tangisanku aku berkata “Tuhan apa salah keluargaku?, apa salahku?, apa salah ayah dan ibuku? Sehingga engkau menmberikan cobaan yang sangat berat ini pada keluargaku. Tuhan mengapa ini terjadi??? Cobaan ini terlalu berat untuk dilalui keluarga kami :’( terutama aku. Tuhan aku lelah dengan semua cobaan yang Engkau berikan pada keluarga kami, jika Engkau mau ambilah nyawaku tapi buatlah keluargaku bahagia seperti dahulu kala. Jujur aku ikhlas jika itu jalan satu-satunya yang Engkau mau Tuhan”.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar